03 Maret 2021
Refleksi Pertemuan Ke-4 Mata Kuliah Pembelajaran Mikro
Tidak ada gunanya microteaching jika pada akhirnya menerapkan metode konvensional. Maka sebaik-baiknya microteaching mewujudkan inovasi. Pada microteaching, siswa berperan sebagai aktor.
Pembelajaran pada umumnya dilaksanakan apabila memenuhi kuota lebih dari 20 siswa. Sedangkan pembelajaran mikro sebelum pandemi yang menjadi siswa adalah teman mikro. Contohnya : Amalia seolah-olah menjadi siswa yang memperhatikan penjelasan guru yang dipraktikkan oleh Ayundha. Kaitannya dengan pembuatan video pembelajaran mikro online, mahasiswa memerlukan partner video dan murid model. Pada lembar kerja daring peserta didik (LKDPD) berisi langkah-langkah metode pembelajaran dan syntax, bukan kumpulan soal. LKDPD juga memuat penjelasan guru yang akan dikerjakan oleh siswa. Penjelasan guru tidak perlu mendominasi. Mahasiswa dapat menerapkan metode pembelajaran realistik matematika, saintifik, dan sebagainya.
Microteaching berbasis riset. Mahasiswa boleh menggunakan powerpoint untuk apersepsi hanya sebagai pendahuluan, bukan kegiatan utama. Aktifitas siswa merupakan kegiatan utama. Guru sebagai fasilitator bukan sekadar menjelaskan materi (transfer of knowledge). Siswa belajar sendiri dan guru hanya membantu. Apabila menggunakan kata menjelaskan artinya tidak diperlukan problem solving. Pada skema pencapaian konsep ada beberapa istilah. Pada ilmu matematika itu bersifat spiral atau ilmu berkelanjutan. Siswa belajar himpunan dari SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Hal yang perlu dipahami learning trajectory, semacam menentukan dosis.
Di seluruh dunia, format rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tidak ada ketentuan yang baku sehingga mahasiswa diharap mengambil dari sumber terdekat, seperti : Prodi Pendidikan Matematika, FMIPA, UNY. Mahasiswa juga dapat membaca pedoman dari sumber lain sebagai referensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar